Okupansi Sektor Perkantoran di Jakarta Masih Terkoreksi

Okupansi Sektor Perkantoran di Jakarta Masih Terkoreksi
Ilustrasi perkantoran di Jakarta (Properti Indonesia)

Jakarta, Properti Indonesia – Pelonggaran pembatasan interaksi membuka harapan berbagai sektor ekonomi untuk kembali menata pertumbuhannya, termasuk sektor perkantoran. Pada skala regional, hal ini ditandai dengan meningkatnya tingkat hunian perkantoran di Asia Pasifik sekitar 1,9 persen kuartal per kuartal (qoq). 

Namun, pola kembalinya para karyawan ke gedung perkantoran belum cukup membantu meningkatkan pertumbuhan transaksi sewa ruang kantor, khususnya di area CBD (Central Business District) Jakarta. Mengingat pola ini baru berlaku di tengah semester tahun 2022, sehingga sektor perkantoran masih menemui berbagai tantangan untuk bangkit. Meskipun beberapa transaksi masih bergulir untuk relokasi dan perpanjangan sewa, namun untuk ekspansi ruang kantor sebagai refleksi dari pengembangan bisnis masih terbatas.

Knight Frank Indonesia dalam laporan terbarunya berjudul Jakarta Property Highlight mencatat di semester pertama tahun ini, tingkat hunian perkantoran masih terkoreksi di kisaran 73,3 persen. Bahkan terdapat lebih dari 90 persen proyek perkantoran yang terpaksa masih harus menahan kenaikan harga sewa. Juga tidak ada penambahan pasokan baru seperti semester sebelumnya. Terdapat dua gedung perkantoran yang harus menghentikan operasionalnya karena proses renovasi.

“Walau dengan berbagai tantangan, pasokan gedung perkantoran tetap mengalami pertumbuhan stok ruang kantor baru sejumlah 7 proyek hingga 2023, dimana 2 diantaranya merupakan gedung yang tahun lalu sempat tertunda konstruksinya,” jelas Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, dalam keterangan resminya, Kamis (11/8).

Dalam laporan, total pasokan masih sama dengan periode sebelumnya yakni 6,93 juta meter persegi, dan diperkirakan terdapat 539.147 meter persegi stok baru sampai tahun 2023. Ketujuh perkantoran yang akan menyumbang suplai pada tahun 2022 hingga 2023 diantaranya adalah Rajawali Place, Menara BRI, Autograph Tower (Thamrin Nine – Tower 1), Luminary Tower (Thamrin Nine – Tower 2), Jakarta Office Tower (MORI), Indonesia One – North Tower, dan Indonesia One – South Tower.

Kemudian secara umum harga sewa masih stagnan dan cenderung melemah. Seperti pada kantor premium harga sewa menjadi Rp267 ribu (-0,8%), Grade A Rp241 ribu (-0,9%), Grade B Rp181 ribu (0,9%), dan Grade C Rp143 ribu (-1,1%).

Knight Frank Indonesia juga mencatat bahwa tren green building atau gedung perkantoran yang menerapkan konsep ESG (Environtmental, Social, and Governance) semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan sekitar 76 persen stok gedung perkantoran baru yang akan masuk di kawasan perkantoran CBD Jakarta adalah gedung bersertifikat hijau. Sementara itu, beberapa sektor seperti teknologi dan informasi (IT), fintech, mining, insurance, serta agrobusiness saat ini menjadi penggerak transaksi utama di sektor perkantoran CBD Jakarta.

Return to Office diperlukan dalam stagnasi pola kerja dalam 2 tahun terakhir. Hal ini karena ruang perkantoran menjadi etalase kolaborasi untuk mengasah profesionalisme pekerja, tentunya dengan dukungan ruang kantor yang fleksibel dan berkualitas,” imbuh Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia.

Tags
#Perkantoran #Berita Properti #properti #Jakarta #ruang kantor