Jakarta, Properti Indonesia - Jakarta akan memiliki pusat perbelanjaan atau mal baru pada semester kedua tahun 2023. Di antaranya Retail Podium Thamrin Nine, Holland Village Mall (Cempaka Putih), dan Pusat Grosir Senen Jaya.
Ketiga mal tersebut memiliki area yang disewakan masing-masing seluas 27.000 m2, 44.000 m2, dan 10.249 m2. Selain itu terdapat proyek mal lainnya yang akan hadir di Jakarta, yaitu Menara Jakarta di Kemayoran seluas 90.360 m2 (2024), Daan Mogot City seluas 30.000 m2 (2026), dan Fatmawati City Center di TB Simatupang seluas 45.500 m2 (2026). Sehingga total area ritel yang disewakan tersebut dari tahun 2023-2026 mencapai seluas 247.109 m2.
Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia mengatakan bahwa meskipun Jakarta akan memiliki tiga mal baru, namun tidak ada penambahan stok ritel baru dimana total angka pasokan mal Jakarta tetap berada di angka 4.913.911 m2. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak berubahnya angka pasokan mal di Jakarta yaitu salah satunya disebabkan oleh beberapa proyek ritel baru yang menunda untuk masuk ke pasar hingga 3 tahun ke depan.
"Tutupnya seluruh gerai ritel Hypermart dan mulai masuknya tenant department store lokal ataupun asing, juga turut menjadi penyebab tetapnya jumlah angka pasokan ritel di Jakarta untuk semester pertama 2023," ujar Syarifah dalam konferensi pers, Kamis (7/9).
Dari segi tingkat okupansi, Knight Frank Indonesia mencatat bahwa tingkat okupansi ruang ritel saat ini berada di kisaran 78,84 persen atau relatif sama dengan tingkat okupansi di tahun 2022 lalu. Walau tingkat okupansi cenderung stagnan atau berada di titik setara dengan tahun sebelumnya, semester ini mencatat adanya peningkatan untuk harga sewa ruang ritel di Jakarta. Tercatat harga sewa meningkat sebesar 3,8 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu (yoy).
“Bisa dilihat bahwa ritel sewa memang relatif memiliki performa yang lebih baik dibandingkan ritel strata di Jakarta saat ini. Kemampuan adaptasi ritel sewa terlihat lebih cepat dan mampu memenuhi level of requirement dari kebutuhan konsumen saat ini," jelasnya.
Secara umum performa ritel di tahun ini disebutkan seperti Drivers in the Storm (DOORS) dimana saat ini walau berada ditengah situasi tak menentu, beberapa pengelola ritel dan peritel di Jakarta tengah melakukan renovasi dan rebranding untuk mempertahankan tingkat okupansinya, sekaligus meningkatkan kunjungan konsumen melalui ruang-ruang baru yang lebih segar.
"Mal atau ritel saat ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai ruang belanja, tetapi juga ruang untuk interaksi dan hobi misalnya untuk pameran dan galeri," imbuh Syarifah.
Dalam kesempatan yang sama, Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia, mengatakan, di tengah pelemahan daya beli konsumen di era krisis global, peritel tetap dituntut melakukan berbagai strategi untuk memberikan warna baru dalam lansekap ruang ritelnya.
"Meski memiliki karakter shorter bounce, sektor ritel tetap perlu melakukan pembaruan agar tetap dapat menarik traffic konsumen seperti yang umumnya dilakukan peritel untuk kategori food and beverage dimana bisa dikatakan terbilang cukup adaptif dalam menciptakan inovasi layanan dan ekspansi di ruang ritel Jakarta," ungkap Willson.