Jakarta, Properti Indonesia – Konsultan properti Knight Frank dalam publikasinya “Global Buyer Survey – The Asia Pacific Supplement”, menganalisa dampak dari pandemi Covid-19 terhadap sikap dari pembeli properti di Asia Pasifik. Survey tersebut mewakili pandangan lebih dari 900 klien Knight Frank di 49 negara.
Knight Frank menyampaikan, dengan jumlah responden lebih dari 50 persen berlokasi di Asia Pasifik, laporan tersebut menggali data Asia Pasifik secara agregat dan kontras dengan pola pembelian rumah dari Asia, Australasia, dan seluruh dunia.
Sikap dari pembeli properti tersebut salah satunya adalah terkait kebutuhan akan ruang. Sejumlah responden di Asia Pasifik menyatakan bahwa kebutuhan akan ruang indoor dan outdoor merupakan alasan utama bagi mereka untuk pindah.
Sejak dimulainya pandemi hingga saat ini, tercatat sebesar 19% responden di Asia Pasifik yang berpindah. Sedangkan bagi mereka yang belum pindah, tercatat hanya sebesar 15% yang berniat pindah dalam kurun waktu 12 bulan ke depan.
Selain itu, daerah perkotaan masih menjadi favorit bagi masyarakat yang ingin pindah. Ada sebanyak 40% dari responden Knight Frank di luar Asa Pasifik untuk pindah dalam 12 bulan ke depan ke daerah perkotaan, dan sebesar 32% menyatakan keinginannya untuk pindah ke daerah pinggiran kota.
Konsumen di Asia Pasifik juga membeli rumah dengan lokasi hunian yang baik, dengan dilengkapi beberapa fitur yaitu kualitas udara yang baik (sebesar 70%), ketersediaan ruang hijau (69%), dan akses ke fasilitas kesehatan (64%).
Knight Frank juga mencatat ada sebanyak 44% responden yang menyatakan bahwa mereka bersedia untuk membeli produk hunian mewah. Angka tersebut merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan kawasan lain di dunia.
“Situasi pandemi menjadi salah satu penyebab bagi para konsumen di Asia Pasifik menunda rencana mereka untuk berpindah hunian. Berdasarkan survei hanya sebesar 14% konsumen di Asia telah berpindah hunian semenjak awal pandemi, dimana Asia menempati urutan kedua setelah Afrika dan Timur Tengah sebagai wilayah dengan angka perpindahan paling pasif,” tulis Knight Frank dalam siaran pers, Selasa (28/9).
Pasifnya angka perpindahan juga disebabkan terdampaknya situasi keuangan para konsumen di Asia karena pandemi. Namun, walaupun diikuti dengan berbagai tekanan finansial yang berlangsung sejak kuartal I-2020, harga rumah masih terus tinggi hingga saat ini.