Jakarta, Properti Indonesia - Lembaga analisis keuangan Moody's Investors Service dalam laporannya bertajuk “Property – Indonesia: Cash flow will rise from low base amid uneven recovery across property segments”, yang diterbitkan pada akhir Februari 2021 lalu menyebutkan, pemulihan yang terjadi pada segmen properti masih belum akan merata meski terjadinya peningkatan cash flow pada sejumlah developer tahun ini.
"Permintaan properti residensial akan pulih paling cepat di antara beberapa sub sektor properti lainnya. Faktor pent up demand dan suku bunga rendah akan mendorong terjadinya pertumbuhan sebesar 10%," kata Jacintha Poh, Wakil Presiden sekaligus Senior Credit Moody, seperti dikutip dari portal realestateasia, Selasa (2/3) lalu.
Menurut Jacintha, berbeda dengan residensial, di segmen ritel, penjualan yang melambat akan cukup berpengaruh pada permintaan ruang ritel, okupansi serta harga sewa yang diprediksi masih belum akan kembali normal seperti sebelum pandemi.
Baca Juga : Pengembang Optimis Pasar Rumah Subsidi Tahun 2021 Bakal Prospektif
Moody's memperkirakan, setidaknya cash flow beberapa perusahaan developer properti di Indonesia akan melonjak pada tahun ini setelah sempat turun secara signifikan pada 2020 lalu karena dampak yang diakibatkan Covid-19. Dua faktor yang mempengaruhi pendapatan tersebut antara lain mulai normalnya pendapatan sewa dari mal dan pertumbuhan penjualan properti yang meningkat.
Sebagai contoh, PT Pakuwon Jati, Tbk. dan PT Agung Podomoro Land Tbk yang lebih dari seperempat kontribusi pendapatannya berasal dari sewa ritel akan mendapatkan keuntungan dari penurunan keringanan sewa kepada penyewa. Sementara, sebagian besar pengembang lain yang telah mengajukan kembali pembiayaan utang mereka (refinanced) dan tidak ada jatuh tempo pembayaran hingga 2023 mendatang, akan memiliki likuiditas yang cukup selama 12 hingga 18 bulan ke depan.
Begitupun, Moody’s menyebutkan jika tingkat credit metrics para developer tersebut akan tetap melemah dibanding level sebelum pandemi, karena arus kas yang meningkat tidak lantas meningkatkan credit metrics karena jeda waktu antara pengakuan pendapatan dan penjualan pemasaran.
Menurut Moody’s, aggregated leverage yang diukur dengan hutang terhadap EBITDA pembangunan rumah, akan tetap tinggi pada level 5,1x di tahun 2021, meskipun meningkat dari 7,1x pada tahun 2020. Sementara, aggregated EBIT interest coverage yang diukur dengan EBIT pembangunan rumah terhadap beban bunga, akan tetap rendah pada 2,0x pada tahun 2021, dibandingkan 2,5x pada 2019.