Pusat Perbelanjaan Kian Tak Berdaya

Jakarta, Properti Indonesia – Sektor ritel di berbagai pusat perbelanjaan paling terdampak dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto menyebutkan bahwa aturan tersebut sangat membatasi mobilitas masyarakat, sementara ritel perlu adanya pergerakan banyak orang. 

“Mal sangat bergantung dari trafik jadi tidak menutup kemungkinan banyak yang gugur dengan menutup permanen,” ujar Ferry pada media briefing Colliers Indonesia secara daring, Rabu (7/7).

Dirinya mengatakan dengan banyaknya ritel besar yang mulai menutup gerai secara permanen akan mempengaruhi tingkat hunian yang semakin menurun. Colliers Indonesia mencatat untuk tingkat hunian ritel di Jakarta hanya mencapai 72% atau turun 1,4% dari kuartal sebelumnya, sementara di Bodetabek tercatat di 71,8% turun 1,5%.

Adapun pergerakan sektor ritel pada kuartal II 2021 ini, Pondok Indah Mall 3 mulai beroperasi dan menambah jumlah total pasok kumulatif ruang ritel di Jakarta menjadi 4,86 juta meter persegi, dan pasok kumulatif di Bodetabek tetap 2,84 juta meter persegi.

Besarnya jumlah pasokan tersebut akan terus menekan tingkat hunian, kemudia penghentian operasional mall semenara akan kembali menekan para tenant-tenant yang ada.

Kemudian di selama pandemi rata-rata pengelola pusat perbelanjaan cenderung tidak mengubah tarif sewa, akibatnya tarif sewa cenderung stabil selama satu semester di 2021. Para pengelola pusat perbelanjaan pun lebih menyesuaikan skema perbelanjaan dan ketentuan sewa selama pandemi serta biaya pemeliharaan yang masih stabil.

Ferry juga mengatakan Aeon Mall Tanjung Barat akan siap beroperasi pada semester II 2021, dan akan ada penambahan tiga mal baru di area yang dijadwalkan akan selesai pada akhir tahun. Diantaranya Grand Dhika City Mall di Bekasi, Paradise Walk di Serpong, dan Margo City Extension di Depok.