Harga Properti Residensial Meningkat 1,87 Persen di Kuartal I 2022

Harga Properti Residensial Meningkat 1,87 Persen di Kuartal I 2022
Ilustrasi perumahan (Kementerian PUPR)

Jakarta, Properti Indonesia – Harga properti residensial di pasar primer meningkat pada kuartal pertama tahun 2022. Hal ini terlihat dari tumbuhnya Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) kuartal I 2022 sebesar 1,77 persen atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 1,47 persen. Harga properti residensial di pasar primer sendiri diprediksi tumbuh terbatas pada kuartal II 2022 sebesar 1,39 persen. 

Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Triwulan I 2022, Rabu (18/5), kenaikan harga terjadi pada seluruh tipe rumah yaitu tipe kecil, tipe menengah, dan tipe besar. Masing-masing tipe tersebut tumbuh sebesar 2,01 persen, 2,18 persen, dan 1,11 persen. Lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yaitu 1,99 persen, 1,48 persen, dan 0,93 persen. Secara spasial, pertumbuhan IHPR tertinggi terjadi di kota Manado sebesar 5,07 persen kemudian diikuti oleh Yogyakarta sebesar 4,00 persen dan Pontianak 3,97 persen.

Kemudian penjualan di kuartal ini secara tahunan terpantau membaik, meskipun penjualan rumah masih kontraksi sebesar -10,11 persen, lebih baik dari kontraksi sebesar -11,60 pada kuartal sebelumnya. Perbaikan perkembangan penjualan terjadi pada rumah tipe besar -8,27 persen yang sebelumnya mengalami kontraksi lebih dalam sebesar -23,79 persen. Sementara tipe rumah menengah tercatat -18,28 persen atau menurun dibandingkan penjualan pada kuartal IV 2021.

Belum optimalnya penjualan properti residensial disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kenaikan harga bangunan, masalah perizinan atau birokrasi, suku bunga KPR, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR, dan perpajakan.

Pada kuartal pertama ini, pembiayaan non-perbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk pembangunan properti residensial, terindikasi dari sebesar 65,50 persen dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal. Selanjutnya, sumber pembiayaan lain adalah pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen masing-masing 20,41 persen dan 8,68 persen. Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari laba ditahan (48,21 persen) dan modal disetor (47,23 persen).

Sementara dari sisi konsumen, pembiayaan perbankan dengan fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama untuk membeli rumah sebanyak 69,54 persen, tunai bertahap 21,79 persen, dan secara tunai 8,67 persen.

Adapun pertumbuhan total niai kredit KPR dan KPA secara tahunan meningkat 10,61 persen, lebih tinggi dibandingkan 9,76 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya. Sementara itu, untuk penyaluran KPR dan KPA secara kuartal terpantau melambat atau tumbuh sebesar 2,20 persen. Serta pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tercatat sebesar Rp5,08 triliun atau tumbuh 122,01 persen (yoy).

Tags
#hunian #rumah #Berita Properti #KPR #bank indonesia #properti #KPA #perumahan #FLPP #residensial