Jakarta, Properti Indonesia – Sektor properti di Indonesia diprediksi akan tumbuh lebih baik di tahun 2022 seiring dengan pulihnya pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut disampaikan oleh Managing Director and Service Business Development Sinar Mas Land, Alim Gunadi.
“Di tahun 2022 vaksinasi menjadi gamer changer, kemudian regulasi pemerintah dan kita harus benar-benar melihat behaviour customer dan kebutuhan mereka,” ujar Alim dalam IDX Channel Economic Outlook Festival 2022, Kamis (16/12).
Lanjutnya, salah satu faktor agar sektor properti dapat tumbuh yaitu insentif properti dapat dilanjutkan hingga tahun depan. Insentif properti tersebut yakni Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Insentif ini diberikan oleh Pemerintah sejak 1 Maret 2021 berupa potongan PPN 100 persen untuk hunian tapak dan vertikal ready stock, ruko, dan rukan dengan harga maksimal Rp2 miliar dan PPN 50 persen untuk harga hingga Rp5 miliar.
Kemudian insentif tersebut semula berakhir pada 31 Agustus 2021, namun diperpanjang oleh Pemerintah hingga akhir tahun 2021. Melihat dampak positif dari insentif tersebut, diharapkan Pemerintah dapat memperpanjang hingga tahun 2022.
Selanjutnya dari sisi perbankan juga diharapkan dapat lebih fleksibel memberikan proses pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR). “Kami juga berharap adanya koordinasi yang erat antara Pemerintah pusat, daerah, dan pelaku usaha terkait perizinan maupun regulasi,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo menegaskan dengan adanya insentif tersebut berdampak signifikan terutama dari sisi demand. Menurutnya, jika rumah dengan harga Rp1 miliar dapat diberikan pembebasan PPN Rp100 juga dapat mendorong penjualan.
Bank BTN juga menargetkan pertumbuhan kredit di tahun 2022 mencapai 10 persen dengan didorong dari bisnis properti. Sampai dengan kuartal III 2021, BTN juga telah menumbuhkan kreditnya sebesar 6 persen dengan target di akhir tahun ini mencapai 7 persen.
“Kredit seluruh perbankan cukup tinggi sampai kuartal III 2021 yaitu tumbuh 9 persen, dan sektor properti selama pandemi 2020-2021 itu walaupun melambat tapi tetap tumbuh positif. Khususnya didorong oleh segmen menengah ke bawah dan masih tinggi,” jelas Heru.
BTN juga akan menyasar kelas menengah yang memiliki penghasilan di atas masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan harga rumah di atas Rp200 juta hingga Rp500 juta, dengan potensi pembiayaan KPR cukup besar di tahun depan.
“Perseroan optimis dengan dukungan pemerintah untuk rumah subsidi dengan skema FLPP yang terus meningkat dan pasar properti non subsidi juga membaik, pertumbuhan kredit kami tahun depan bisa double digit antara 10 persen,” imbuhnya.