Saatnya Investasi Properti Sebelum Inflasi Meninggi

Saatnya Investasi Properti Sebelum Inflasi Meninggi
Indra W Antono (kiri) dan Aldo Daniel selaku Managing Director Synthesis Huis dalam forum diskusi bersama media di Synthesis Huis (31/08) (Properti Indonesia)

Jakarta, Properti Indonesia - Beberapa waktu terakhir, ancaman kenaikan inflasi menjadi semacam momok bagi para pelaku usaha di Indonesia. Bisa dimaklumi, inflasi yang melonjak tinggi akan berdampak negatif terhadap peningkatan beban biaya usaha, tak terkecuali sektor properti.

Terlebih dalam kondisi aktual harga sejumlah material bahan bangunan telah melonjak, sehingga sudah tentu terjadinya inflasi akan kembali berdampak pada biaya pembangunan properti. Sementara, di sisi perbankan, inflasi yang meningkat hampir dipastikan akan diikuti pada kebijakan kenaikan suku bunga, termasuk bunga KPR.

Indra W Antono, pemerhati industri properti di Indonesia menuturkan, selalu ada peluang bisnis meski di tengah kondisi inflasi sekalipun, salah satunya dengan berinvestasi properti. Karena sebut Indra, selain aman, yang namanya properti harganya selalu naik dan tidak pernah turun sehingga peluangnya masih sangat besar ke depan.

“Jadi, sebelum inflasi melesat sekaligus menjadi ancaman, harga tanah dan bahan material terkerek naik, kita harus memotivasi masyarakat luas termasuk kalangan milenial untuk segera memiliki properti. Karena kalau tidak dari sekarang mereka akan sulit memiliki rumah. Perlu dicatat, harga properti tidak pernah turun dan mempunyai rumah harus menjadi prioritas. Saya tegaskan, sekaranglah saat yang tepat untuk segera membeli rumah,” ucap Indra kepada awak media dalam acara diskusi bertema “Inflasi di Depan Mata, Saatnya Beli Properti” yang digelar PT Synthesis Karya Pratama di kantor marketing Synthesis Huis, Rabu (31/08).

Lebih lanjut Indra mengatakan, untuk bisa mengakomodir semua kebutuhan konsumen, pihak pengembang dituntut untuk berinovasi secara cermat, karena konsumen properti saat ini lebih selektif. Ini menjadi tantangan yang harus diperhatikan secara matang oleh para developer saat menawarkan produk propertinya. Mencermatinya tidak hanya dari keunggulan lokasi saja, tapi juga dari berbagai sisi. 

Menurut Indra, geliat bisnis properti sebelum dan setelah pandemi sangatlah berbeda. Jika ingin produk propertinya sukses di pasaran dan bisa diterima semua kalangan, para pengembang harus jeli mengetahui kebutuhan dan kecenderungan pasar memilih hunian.

"Karena itu dibutuhkan riset pasar, melakukan pendekatan, merincikan kebiasaan atau perilaku keseharian dalam beraktivitas dan menganalisa lingkungan yang mendalam, termasuk berinovasi dari sisi digital," tuturnya.

Memaksimalkan fungsi hunian

Sementara itu, Aldo Daniel selaku Managing Director Synthesis Huis mengatakan, sejak dua tahun terakhir pihaknya telah berusaha melakukan beragam cara seperti memaksimalkan rancangan desain, menata lingkungan hunian dengan nyaman, serta menuangkan konsep secara keseluruhan agar hunian di Synthesis Huis ini menjadi pilihan yang tepat bagi milenial.

"Bahkan kami sengaja mengadopsi gaya arsitektur Skandinavia untuk menciptakan kesan hunian kekinian yang mengutamakan fungsi ruang sesuai kebutuhan aktivitas saat ini," jelas Aldo.

Dirinya menjelaskan, jika kawasan Synthesis Huis berorientasi pada transportasi publik atau Transit Oriented Development (TOD). Sebagai contoh, nantinya, moda busway TransJakarta bisa langsung diakses penghuni, karena haltenya ada di dalam area kawasan. "Dan, yang tak kalah menarik yaitu memiliki lingkungan hunian yang asri karena lokasinya dekat dengan hutan kota Cijantung," ungkap Aldo.

Tags
#Berita Properti #properti #perumahan #Skandinavia #rumah mewah #jakarta timur #synthesis development #synthesis huis #hutan kota jakarta timur