Jakarta, Properti Indonesia – Sepanjang kuartal kedua 2024, pasar perumahan sewa untuk ekspatriat di Jakarta terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan membaik dibandingkan semester sebelumnya. Kondisi ini seiring meningkatnya jumlah ekspatriat yang datang ke Indonesia.
Demikian disampaikan Colliers Indonesia dalam laporannya mengenai pasar properti Jakarta kuartal II tahun 2024, Rabu (6/7) lalu. Colliers mencatat, para ekspatriat yang sebagian besar berasal dari negara-negara Asia, seperti India, Korea, Cina dan Jepang ini bekerja di berbagai sektor, seperti pertambangan, perbankan, farmasi, konsultasi dan logistik. Sementara, jenjang pekerjaan mulai dari manajerial hingga direktur.
Para ekspatriat tersebut umumnya datang tanpa membawa keluarga (single), dan 90% dari mereka memilih untuk tinggal di apartemen dibandingkan rumah tapak. Trend ini seiring terjadinya efisiensi perusahaan terkait tunjangan perumahan di tempat mereka bekerja akibat terdampak pandemi. “Pengurangan budget ini bahkan sampai dengan 30%, sementara pemilik properti sudah menaikkan harga sewa propertinya,” ujar Lenny van Es-Sinaga, Head of Expatriate Services Colliers Indonesia.
Dari segi lokasi, sebut Lenny, ekspatriat lajang cenderung lebih menyukai kawasan seperti SCBD dan Sudirman, karena lebih dekat dengan tempat kerja mereka. Sedangkan ekspat dengan keluarga cenderung memilih kompleks perumahan di Cilandak, Cipete atau Pondok Indah yaitu berdekatan dengan institusi pendidikan.
Untuk kawasan Menteng ukuran rumah dengan rentang 400 sampai dengan 1200 sqm, harga yang ditawarkan mulai dari $US 4500 - 15000 dollar per bulan. Sementara, di kawasan Kuningan dengan ukuran luas rumah yang sama dibanderol harga mulai dari $US 4500 sampai dengan $US 9000 dollar per bulan serta di kawasan Pondok Indah mulai dari $US 4000 sampai dengan $US 7500 dollar per bulan.
“Hal ini juga berlaku untuk ekspatriat, meskipun kantor mereka berlokasi di luar Jakarta, namun lebih memilih tinggal di Jakarta Selatan, seperti Pondok Indah, karena komunitas yang mapan di sana. Secara umum, mereka cenderung memilih kawasan pemukiman yang mana komunitas dari negaranya masing-masing sudah mapan,” jelas Lenny.
Adapun, mengenai preferensi perumahan, ekspatriat umumnya mencarinya hunian dengan desain yang lebih baru, modern dan minimalis. Yang menarik, para pemilik properti semakin intensif untuk menaikkan tarif sewa, sementara sebagian besar perusahaan masih belum siap menghadapinya trend ini. Menurut catatan Colliers Indonesia, sejak tahun 2023, sebagian besar pemilik rumah yang mengkhususkan diri untuk menyewakan propertinya kepada ekspatriat telah menaikkan tarif sewa sebesar 5 hingga 10%. Di kawasan favorit para ekspatriat, peningkatan ini bahkan bisa meningkat antara 15 hingga 30%.
Lenny menambahkan, para pemilik rumah percaya bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menaikkan tarif sewa paska penyebaran Covid-19 yang sangat berdampak pada menurunnya harga sewa rumah beberapa tahun lalu. “Selain itu, banyaknya permintaan dari calon penyewa untuk meningkatkan kenyamanan operasional rumah juga berkontribusi pada alasan untuk meningkatkan harga sewa,” pungkasnya.
Dalam situasi saat ini, lanjutnya, para ekspatriat pada akhirnya tetap menerima kenaikan harga karena memang pasar yang terbatas. Proses negosiasi dengan pemilik properti biasanya diserahkan kepada calon penyewa, dan jika kesepakatan mengenai harga sewa tidak tercapai, maka mereka harus menutupi kekurangannya dengan dana pribadi atau mencari akomodasi alternatif yang sesuai dengan anggaran mereka. Skenario ini sering terjadi, dengan mayoritas ekspatriat (sekitar 80%) memilih untuk mencari perumahan alternatif yang selaras dengan anggaran mereka.
Tidak hanya harga sewa, para pemilik properti juga kembali menyesuaikan metode pembayaran ke masa sebelum pandemi, yakni mengharuskan penyewa membayar dua tahun dimuka untuk perpanjangan sewa dan sewa baru.